Pada tema kali ini, saya akan berpendapat tentang contoh-contoh
masalah antara masyarakat perkotaan dan masyarakat pedesaan. Dalam masyarakat
perkotaan, misalnya saya ambil contoh, Kota Jakarta, dengan segudang aktifitas
penduduknya, dengan milyaran uang yang berputar setiap harinya, dengan
banyaknya jumlah penduduk di dalamnya, dengan kualitas pendidikan yang
terjamin, banyak yang bilang bahwa masyarakat di perkotaan lah yang merajai
atau menempati tingkat kasta tertinggi di suatu negara. Akan tetapi, pada era
sekarang ini, masyarakat desa juga tidak mau ketinggalan dengan masyarakat
perkotaan hampir di setiap aspek kehidupannya.
Sebagai contoh untuk masyarakat perkotaan, Jakarta, apa yang kita
inginkan tersedia, terkecuali lapangan pekerjaan yang sudah minim. Akan tetapi,
di Jakarta, banyak orang-orang yang larut akan pekerjaan, hingga melupakan
kewajiban beragama. Untuk yang beragama Islam, kesibukan-kesibukan yang dialami
oleh masyarakat perkotaan membuat orang lupa akan kewajiban beragamanya seperti
sholat 5 waktu. Untuk yang beragama non-Islam, ditengah-tengah kesibukan nya
membuat orang lupa untuk mengunjungi tempet-tempat ibadahnya masing-masing.
Disamping itu, masyarakat perkotaan, masyarakat yang bertempat
tinggal di kota yang tak pernah mati, membuat hubungan antar lingkungan
sekitarnya diabaikan, atau dapat dibilang sudah hilang.
Sebagai makhluk social, manusia membutuhkan orang lain untuk dapat
hidup, dan berinteraksi. Sudah merupakan kodratnya atau takdirnya manusia untuk
berinteraksi dengan manusia lainnya. Jika tidak dapat menjalankan takdirnya
denga baik sebagai makhluk social, manusia tentu akan mengalami kesulitan untuk
bertahan hidup. Tidak adanya komunikasi antar tetangga di lingkungan sekitar
tempat tinggal kita, akan menimbulkan beberapa masalah “misunderstanding”
antara kita dengan para tetangga.
Sedangkan masyarakat pedesaan adalah masyarakat yang bertempat
tinggal di desa-desa, yang awalnya jauh dari kesan modern, jauh dari listrik,
jauh dari hiruk pikuknya perkotaan, dan damai akan kehidupan sekitarnya, serta
masih berpegang teguh dengan agama dan adat istiadat di setiap daerahnya.
Masyarakat pedesaan umumnya lebih mementingkan kepentingan umum daripada
kepentingan pribadinya.
Sebagai contoh, saya mengambil contoh masyarakat
pedesaan di pedalaman Papua. Dalam masyarakat ini, mereka masih berpegang teguh
dengan kepercayaannya, mereka masih berpegang teguh atas nenek moyangnya
terdahulu. Mereka masih setia, disiplin, dan tetap menjaga adat istiadat
mereka. Mereka tetap mengadakan berbagai upacara-upacara adat istiadat mereka
di setiap kepentingan-kepentingan kehidupan mereka. Selain itu, di dalam
masyarakat pedesaan juga memiliki kekerabatan yang sangat erat antara penduduk
yang satu denga penduduk yang lainnya. Sebagai contoh, jika di dalam masyarakat
pedesaan ada salah satu warganya yang mengadakan hajatan atau acara semisal
perkawinan, nah, masyarakat pedesaan itu atau tetangga-tetangganya akan
bergotong royong untuk membantu si empunya hajatan agar penyelenggaraan hajatan
tersebut dapat berjalan dengan baik, salah satu bentuk gotong royong tersebut
diantarannya mendirikan tenda, memasak makanan yang akan disajikan kepada para
tamu, serta membongkar tenda yang sudah terpakai, dll. Tentunnya kebiasaan atau
adat ini, sangatlah sulit ditemukan di dalam masyarakat perkotaan.
0 komentar:
Posting Komentar